Path of The Story

Cerita tentang sesuatu yang berbeda. Maybe ugly. Vielleicht Verruckt. Whatever-lah .

Saturday, August 20, 2005

Chiken Pok2 (bag. 2)


“Seenggaknya dia masih mau berbaur sama kakak kelas”

Emang sih pas gosip2 antara dennis dan rahimi menyebar, ada juga gosip2 tentang anak kelas 1 yang suka ama Pinlon. Namanya Dini. Tapi ini lain lagi.

“Hah! Dia suka sama aku??”Katanya tak habis pikir.

Dia merasa ga puya nilai jual dihadapan wanita. Dia ga punya jabatan apa-apa di OSIS ataupun Asrama. (padahal anak kelas 2 kan, saat2 berkuasa di SMA). Kalo dibandingin ama Taufik yang ketua Asrama atau Dennis yang jago olahraga sih ga ada apa2nya. Tampang juga gak bagus2 ama. Ga jelek sih tapi plus bgt juga ga. Aneh juga pikirnya heran.

Btw, suatu sore sepulang sekolah. Si Dennis masih di kelas bareng pinlon ama Elpin. Si Dennis masih mencatat soal matematika di papan tulis sementara ditungguin Pinlon ama Elpin. Si Pinlon lagi memandang keluar jendela. Anak2 yang lain sudah pergi solat ashar berjamaah di masjid. Sepertinya tinggal mereka saja di sekolah.

“hei, cepetan donk!”ktanya ga sabar.

“okeh2 bentar lagi” jawab dennis.

“Eh Den, gua mo nanya, bener ga sih lo suka ama si Rahimi?” Kata si Elpin tiba2.

Si Dennis pura2 ga dengar. Mukanya memerah.

“Lo suka ya?”kejarnya

“Ah apaan sih?”katanya dengan senyum tidak jelas.

“Eh ada orangnya tuh”kata si Pinlon tiba2.”

Kontan si Dennis langsung sembunyi di bawah meja. Diluar pintu Rahimi sedang lewat dengan teman segenknya. Mukanya aga merah tapi tidak melihat ke dalam kelas sama sekali.

Si Elpin dan Pinlon yang kaget ngeliat si Dennis sembunyi kontan ketawa.

“ngapain sembunyi disitu? Kalo suka, langsung bilang aja napa?” saran Elpin geli.

Si dennis muncul lagi dengan wajah memerah padam. Trus tanpa babibu langsung cabut ke luar. Pergi solat ashar di masjid.

“Kayaknya tambah chiken si Dennis si Rahimi tambah suka” bisik Elpin ke Pinlon.

Tapi waktu sepertinya berjalan seenaknya. Ga kerasa mereka sudah harus ikut uas. Semuanya masih setress belajar mati2an kecuali fahri yang memang males. Tidur2an aja kerjanya.

“Saya tidak bisa belajar kalo stress” ngelesnya

Dan suatu keajaiban dia bisa masuk kelas IPA.

Seiring mereka kelas 3, puncak pubertas sudah sedikit menurun. Anak2 yang rame sudah mulai sedikit kalem. Contohnya Si Afghan juga sudah tidak segila dulu lagi. Mereka sudah menjadi anak kelas 3 yang seharusnya jadi teladan dan panutan adek2 kelasnya (cieee...)

Perkembangan mental mereka sudah berubah. Si Taufik sudah mulai pacaran. Si Panca sama Afifah juga. Si Pinlon seperti biasa tetap tidak pernah punya pacar. Dia malah sejak gosip dengan dini jadi sedikit menjauh . Agak2 pendiam di depan adek kelas. Sampai2 si Dini minta maaf karna mengira dirinyalah penyebab perubahan sikap si Pinlon.

“Wah gapapa kok aku juga geer heheheeh” tawanya garing

“Gapapa. Gapapa” tambahnya setelah melihat dini masih sibuk menarik napas untuk minta maap.

“Aku Cuma kurang tidur kok. No problem.”

Naah kalo si Dennis lain lagi efeknya. Dia udah ga se-chiken dulu lagi. Kalo diledekin sama Rahimi sekarang dia udah ga marah atau malu. Sebaliknya justru seperti kegeeran dan senang.

“Lo ga tau aja” katanya senyum2 ga jelas pada sobat2 dekatnya kalo diledekin chiken.

Tapi Si Elpin tahu sesuatu. Memang dia sangat pandai mencari celah dan informasi berharga (apalagi gosip).

“Dia sudah punya pacar”bisiknya suatu kali pada Pinlon yang tidak tahu apa2.

“Dia sendiri yang bilang”katanya setelah melihat ekspresi tidak percaya Pinlon.

“Tapi jangn bilang2 orang ya.”Ucap Elpin sambil mengedipkan matanya.

Tapi perubahan sikap Denis menghadapi ledekan dan beban pelajaran yang makin berat membuat anak2 kelas 3 ga begitu napsu lagi meledek si Dennis. Overdosis bahasa Arab dan Fikih membuat anak2 kelas 3 seperti kena obat tidur di kelas. Apalagi mendekati UAN dan SPMB mereka kudu mati2an belajar dan ikut intensiv segala.

Kali ini Fahri mesti menderita dilarang tidur jam 8 malam oleh pembina asrama. Sebaliknya Si Taruna justru kena insomnia dan baru tidur jam 3 pagi. Walhasil Pembina mesti menggunakan cara2 radikal untuk membangunkan dia buat solat subuh. Salah satunya dengan air 1 baskom (1 gayung ga cukup soalnya).

Di suatu siang di perpustakaan. Anak2 kelas 3 sedang sibuk mencari tema untuk KIR mereka (mereka kudu menulis karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan). Berdua Si Pinlon dan Dennis melihat-lihat karya ilmiah terdahulu untuk mencari ide sekalian melihat contoh karya ilmiah. Di sebelah arsip ada kumpulan puisi siswa kelas 2 yang baru jadi. Dari tanggal pembuatannya sepertinya mereka menulis saat masih kelas 1. Iseng2 si Pinlon membuka2 kliping tersebut.

“Hei lihat ada puisi si Rahimi”,katanya tersenyum simpul pada Dennis.

Aku waktuku

Aku berjalan seiring dengan waktu

Sambil mengumpulkan kepingan-kepingan hati yang pecah

Tegar menghadapi hari-hari ku

Memasang wajah kaku seperti robot

Aku tak ingin berulang

Tapi perasaan ini takkan hilang

Aku takut kau kan menjauh seperti dirinya yang dulu

Kadang2 saat mata kita bertemu,

Seakan kau berkata

Kucinta kau duhai kekasihku

Membelaiku lembut dan mengobati lukaku

Tapi kau tak pernah datang

Meninggalkanku pada lukaku yang takkan pernah hilang

SI Dennis kontan meminjam kumpulan puisi itu lalu pergi untuk memfotokopinya. Si Pinlon tetap terdiam dan memandangnya pergi menjauh dalam diam.

UAN akhirnya telah lewat. Kesibukan anak2 kelas 3 mulai berkurang walau kekhawatiran mereka justru tambah besar.

“Gila! UAN Cuma segini? SPMB gimana?”, keluh Faris stress.

“Seenggaknya kita semua lulus bahasa Arab”, kata Taufiq menenangkan

“He-eh”, si Fahri setuju yang ujian bahasa Arabnya jeblok.

Pas bulan terakhir mereka dibagikan selebaran untuk majalah angkatan. Ya sudah mereka menulis semua data diri dan pesan dan kesan.Ada yang mengisinya bagus tapi ada yang garing. Yang perlu diperhatikan adalah pesan dari pinlon berupa catatan hati:

Setiap hari aku melihatmu slalu. Ingin aku menyapa tapi kau tak penah tahu. Hatiku mungkin bukan milikmu. Walau aku telah bersumpah untuk memberi semua untuk Nya, tapi hati ini takkan pernah berbohong. Biar lah kau tahu bahwa aku mencintaimu.

Dia tidak pernah memberi tahu untuk siapa pesan itu ditujukan. Until Now.

Sunday, August 07, 2005

Chiken Pok2

Tidak seorang siswa pun yang tidak mengenal Dennis di sekolahnya. Cakep, pinter, jago main basket. Bisa di bilang tipe cowok dan suami idaman. Syangnya dia hanya punya satu kelemahan .
“ Luh diliatin cewek tuh ! “ goda si Pinlon sobat karibnya
“ Apaan sih? “ jawabnya memerah malu. Dia buru-buru kabur biar tidak kelihatan dari jangkauan pandangan yang dimaksud.
Whatever, itulah Dennis dengan semua kelebihannya.
Sesuatu yang lebih parah terjadi saat dia mulai beranjak ke kelas 2. Sebagai kaka’ kelas yang baik kudu mengenal ade’-ade’ kelasnya . Naah saat anjangsana dengan siswa baru terjadi dialog seperti berikut.
“ Bagi-bagi tanda tangan ! Gratis! Woii, siswa baru gratis tanpa disuruh, ayo,ayo siapa mau ? “ Teman-teman se-genknya sedang mempromosikan diri. Maklumlah, mereka bukan tipe-tipe cowok yang tanda tangannya laku dan diwajibkan.( mungkin untuk jimat pengusir tikus ampuh kali yah!)
“Dennis kamu udah ngasih berapa tanda tangan ?”
“ Tau ?baru dua kali “
“DUA !! Elu pelit kali ya?”
“Enak ajaa. Ganteng-ganteng gini gak mungkin pelit layau !”
“ YA Udah sini ta’ panggilin. Hei ! sini. Belum tanda tangan aku kan ? tanyanya pada cewek lewat!
Cewek itu kayaknya kaget gitu dipanggil. Pura-pura cuek, terus pergi ke krumunan siswa lainnya.
“ Duile judesnya. Kayak paling cakep sedunia, ya nggak Dennis ?”
“ Eh, apa?” gelegapan
“ Alamaak ni anak, cewek tadi cakep ya ?”
“Ah. Masa iya ?” dia mencoba menyangkal
“Lu suka ya ?”
Ditembak gitu muka Dennis langsung merah.
“ Ah nggak kok !” katanya pura-pura marah
“Okeh-okeh jangan marah , tenang gua yakin lu gak bakal ,soalnya lu kan chiken.”
“Enak aja !”, katanya marah beneran. Emang sih, dia sering dibilang chiken sama teman-temannya. Biasalah pada sirik. Apalagi diakan nggak punya cewek.Tipe ayam ayam merpati pipis sembaranagn. Bukan ding suka pura-pura nggak mau .
Sejak saat itu, teman-teman kamarnya merasakan sedikit perubahan.
“ Dia kenapa sih?” taya Dhadil ketika ngeliat Dennis masuk kamar mandi sambil nyanyi-nyanyi lagu sheila on tujuh.
“ bukannya biasanya emang gitu?” jawab Pakhrum
“ Dulu kan Cuma pas dengerin wm, sekarang, sampe tidur kayaknya ngorok sambil nyanyi.”
“ Ngasal !! Tapi emang iya sih dia lagi aneh. Masa pas gua dateng dia senyum-senyum tidak jelas gitu.”
“Hm. Hm Perlu diselidiki nih.



Beberapa hari kemudian tersiar kabar. Kalo si Dennis senang ama anak kelas 1 . Entah darimana kabar ini tersiar, tapi menimbulkan (sedikit)kegemparan. Para Gossiper sekarang pada membicarakan hal ini.
“Iya tau si D itu senang ama Imi. Cocok lagi”kata Raga. Boss of Gossiping pada teman2nya di kamar. Anak2 jadi penasaran kayak gimana sih cewek yang ditaksir si D, soalnya dia kan diketahui chiken dan tidak dekat ama cewe. Wanita macam apa yang berhasil menaklukkan hatinya? Anak2 cowo kelas 2 jadi penasaran. Smpai2 ada kejadian kayak gini pas istirahat.
“lihat2 itu rahimi!!” Triak seorang anak cowo yang ngintip di jendela. Kontan aja semua anak cowo pada ngintip. Di luar anak kelas 1.3 sedang selesai dari olahraga. Tubuh mereka berkeringat. Tapi yang paling di cari adalah makhluk yang bernama Rahimi itu.
“Mana2?”Tanya si Fahri yang memang anak kurang gaul dan telmi.
“Itu tuh, yang duduk di depan masjid.” Jawab si Elpin
“Ohh. Cantik juga ya”katanya disambut anggukan teman2nya.

Jadilah semua anak kelas 2 sekarang mengolok D dengan Rahimi. Dan nama Rahimi juga op kors jadi terkenal. Banya anak2 yang jadi penasaran ama sikapnya yang cuek ama cowo. Mereka pada rebutan ngintip kao dia lagi jalan ataw lagi singgah di Poliklinik. Malah ada yang nekat kayak Imam yang langsung ngajakin kenalan.
Anak2 perempuan reaksinya lain lagi.
“huh!! Aslinya sih dia ga gitu!” kata Sarah pada anak2 cowo yangsibuk ngegosipin si Rahimi.
“ Dia cerewet juga kok. Emang si dia aga2 sombong, ama kakak kelas juga. Mendingan si dini ...”katanya ketus.

to be continued....

Its just begin


What ever will be just gonna be.
This stupid blog that i believe gonna go, just begin
i hope someone appreciate me. Dont look me down okay.

danke schwein.
nb. Just look at the pig in the mirror

Powered by Blogger