Langit Biru di Bumi Köthen
Salam saudaraku sebangsa dan setanah air (projek pop)
Semua ini hanyalah cinta dari yang maha kuasa. Sehingga aku bisa kembali disini. Hidup selamat dan penuh gairah untuk segala sesuatu.
LAngit Biru, dimanapun diri ini berpijak. Tetaplah indah.
Kucari bayang2 negeri yang indah nun jauh di mata.
berharap semoga awan mengantarkan salam ku untuk Percahan2 jiwaku yang tertinggal.
BUmi Köthen, kota dengan udara dingin dan sejuk. Sesegar pakaian yang baru dicuci pake molto. MEnimbulkan harapan akan hari esok. Dan duka dengan kerinduan hati yang semakin memberat.
MAlam ini, sendiri aku menatap bulan purnama cerah. Seterang lampu 10 watt dengan bohlam susu. Berkilau laksana mutiara ditaburi debu2 intan bintang berkilauan. Akan kucari bintang jatuh, kan kubuat harapan untukmu yang nun jauh disana.
Malam ini, wochenende, mencoba beristirahat dari kegiatan sehari2. Mencari jati diri dalam sepinya malam. Menatap rembulan sambil berharap semoga besok spd menang.
Apakah itu cinta? Benarkah dia itu ada? kutaktahu. Apakah kalau aku merasa melayang denganmu itu cinta? Ataukah saat aku gelisah tanpa dirimu juga cinta? Aku tak tahu. Aku ingin memberi cintaku pada yang Satu. PAda yang Terindah. Pada yang Terkasih.
TApi sanggupkah aku menatap hari? Menghadapi godaan dan rintangan. TAnpa diriMu aku tak sanggup.
Kematian bagiku adalah janji. JAnji pertemuan dengan Dia yang Terkasih. Dia yang Kucari. Dia yang Menunggu. Maukah Dia menerimaku? Apakah pantas diriku bersama diriNya? Melayang dalam Kasih Sayangnya dan Terbuai dalam keindahanNya.
Entahlah, aku tak tahu. Bagaimana nanti adalah nanti. Sekarang adalah hidup, kemarin adalah bayangan dan esok adalah angan2. Biarlah saat ini aku terbuai dalam mimpi. mencari hatiku yang sepi, sambil menangis sendiri.
Semua ini hanyalah cinta dari yang maha kuasa. Sehingga aku bisa kembali disini. Hidup selamat dan penuh gairah untuk segala sesuatu.
LAngit Biru, dimanapun diri ini berpijak. Tetaplah indah.
Kucari bayang2 negeri yang indah nun jauh di mata.
berharap semoga awan mengantarkan salam ku untuk Percahan2 jiwaku yang tertinggal.
BUmi Köthen, kota dengan udara dingin dan sejuk. Sesegar pakaian yang baru dicuci pake molto. MEnimbulkan harapan akan hari esok. Dan duka dengan kerinduan hati yang semakin memberat.
MAlam ini, sendiri aku menatap bulan purnama cerah. Seterang lampu 10 watt dengan bohlam susu. Berkilau laksana mutiara ditaburi debu2 intan bintang berkilauan. Akan kucari bintang jatuh, kan kubuat harapan untukmu yang nun jauh disana.
Malam ini, wochenende, mencoba beristirahat dari kegiatan sehari2. Mencari jati diri dalam sepinya malam. Menatap rembulan sambil berharap semoga besok spd menang.
Apakah itu cinta? Benarkah dia itu ada? kutaktahu. Apakah kalau aku merasa melayang denganmu itu cinta? Ataukah saat aku gelisah tanpa dirimu juga cinta? Aku tak tahu. Aku ingin memberi cintaku pada yang Satu. PAda yang Terindah. Pada yang Terkasih.
TApi sanggupkah aku menatap hari? Menghadapi godaan dan rintangan. TAnpa diriMu aku tak sanggup.
Kematian bagiku adalah janji. JAnji pertemuan dengan Dia yang Terkasih. Dia yang Kucari. Dia yang Menunggu. Maukah Dia menerimaku? Apakah pantas diriku bersama diriNya? Melayang dalam Kasih Sayangnya dan Terbuai dalam keindahanNya.
Entahlah, aku tak tahu. Bagaimana nanti adalah nanti. Sekarang adalah hidup, kemarin adalah bayangan dan esok adalah angan2. Biarlah saat ini aku terbuai dalam mimpi. mencari hatiku yang sepi, sambil menangis sendiri.

